Semarang — Warga Dusun Krajan, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, kembali menggelar tradisi tahunan Merti Dusun sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada awal November ini diikuti seluruh warga dengan penuh semangat gotong royong.
Tradisi Merti Dusun telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur Dusun Krajan. Kata “merti” berarti merawat atau membersihkan, sehingga kegiatan ini dimaknai sebagai upaya masyarakat untuk menjaga dan merawat kehidupan desa — baik secara lahir maupun batin. Menurut tokoh masyarakat setempat, Bapak Arjun Supriyadi, tradisi ini dahulu dilakukan usai panen raya sebagai bentuk syukur atas hasil bumi.
“Sekarang maknanya lebih luas, bukan hanya tentang panen, tapi juga menjaga kebersamaan warga,” ujarnya saat ditemui sedang bersama Pengusaha Nasional Syeh Puji di atas panggung kehormatan.
Seperti diketahui Syeh Puji adalah warga asli Bedono yang sukses menggeluti bisnis kerajinan kuningan selama beberapa dekade.

Rangkaian kegiatan diawali dengan kerja bakti membersihkan lingkungan, makam leluhur, dan tempat ibadah. Setelah itu digelar kenduri bersama yang digelar di halaman Pasar Bedono, di mana setiap keluarga membawa tumpeng. Doa bersama dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh warga.
Sebagai penutup, masyarakat menampilkan berbagai kesenian tradisional Reog Siswo Tunggal dan juga Ketoprak Krido Mudo Budoyo pada malam harinya.



Kepala Desa Bedono, Bapak Sunyana, menyampaikan bahwa tradisi ini memiliki nilai penting bagi masyarakat. “Merti Dusun bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana mempererat persaudaraan dan melestarikan budaya lokal agar tidak punah di tengah modernisasi,” katanya.
Melalui Merti Dusun, warga Krajan berkomitmen untuk terus menjaga warisan leluhur dan menanamkan nilai gotong royong kepada generasi muda. Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Desa Bedono tetap menjunjung tinggi harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.(Azh)